Minggu, April 19, 2015

Saya akui dengan jujur , saya merinding dan sangat terpukul membaca cerita ini. Potret subjektif tentang sistem perkuliahan di Indonesia.
Baca dan Camkan Baik2 !

HİKAYAT KAMPUS GAJAH
Ada sebuah cerita dari negeri para gajah. Alkisah, di sana terdapat sebuah sekolah gajah paling megah di seluruh penjuru negeri. Banyak sekali gajah yang berjalan jauh demi bersekolah di kampus impian tersebut. Kampus Gajah namanya.

Pada suatu hari, akan tiba saatnya Kampus Gajah melahirkan anak-anak didiknya yang sudah selesai menempuh studi di kampus prestius itu. Hari Lahir Sang Gajah, itulah cara mereka menyebut hari wisuda di Negeri Gajah. Hari di mana Kampus Gajah akan melepas para gajah yang terdidik untuk kembali ke hutan belantara yang konon sulit dipecahkan dengan teoritika dan segala macam tetek bengek bangku kampus yang penuh hitungan rumus.

Namun, urusan ini menjadi sangat memprihatinkan. Beberapa tahun belakangan ini, banyak sekali gajah yang merasa tidak sanggup, bahkan sejak jauh-jauh hari sebelum kelulusannya, untuk kembali ke hutan belantara.

Hari Lahir Sang Gajah tak lagi penuh suka cita. Penduduk belantara begitu rindu kehadiran gajah di tengah-tengah mereka untuk mengusir rasa takut dari serbuan harimau atau musuh-musuh predator lain, tapi para gajah justru..
.
Para gajah justru berlomba-lomba mendaftarkan diri ke kebun binatang. Rela menjadi hewan peliharaan kebun binatang sehingga semuanya terjamin. Makanan, kesehatan, dan segala hal yang diinginkan gajah selain satu hal, kebebasan.

Ada pula gajah yang malah berlomba mendaftar menjadi gajah sirkus. Rela diperas tenaganya demi mengenyangkan perut para bosnya. Yang penting hidupnya aman, makanan aman, kesehatan aman, asal si gajah tidak melawan ketika diperintahkan. Dan sekian ribu gajah yang dilahirkan oleh Kampus Gajah, bisa dihitung jari jumlahnya yang mampu bertahan di belantara. Sedikit dari mereka yang kemudian menjadi kawan dekat para penghuni hutan yang lain. Mereka adalah gajah yang kemudian menjadi pelindung hutan.

Beberapa gajah mati dalam perjuangannya di belantara. Namun semua tahu, sang gajah mati terhormat. İtu pengakhiran yang baik, bukan?

Walaupun hidup di hutan belantara yang penuh ketidakpastian, hujan lebat, dan yang lain, paling tidak kehadiran gajah membuat para penjarah semakin sulit menebang pohon. Hal ini membuat para monyet begitu bergembira.

Mereka selalu senang hati memetikkan buah pisang untuk sarapan pagi sang gajah. Para burung dengan riangnya mematuki kutu di tubuh gajah ketika merumput. Sebuah keharmonisan yang utuh. Sang Macan tak akan berani mendekat, butuh kekuatan lebih untuk menaklukan binatang yang ukurannya beberapa kali ukuran tubuhnya itu. Lebih dari itu, semua warga belantara tahu, gajah tidak makan daging. İtulah rasa aman yang membuat warga belantara begitu percaya kepadanya.
Minggu depan adalah Hari Lahir Sang Gajah. Kampus Gajah telah menyiapkan pesta yang besar, tetapi warga belantara cemas tidak karuan. Beberapa tahun terakhir ini, tidak ada lagi gajah yang kembali ke hutan.

Sementara di hari yang tak jauh itu, kebun binatang dan opera sirkus membuka lowongan besar-besaran dan penawaran menarik kepada para gajah yang akan lahir. Dengan iming-iming kesejahteraan dan keterjaminan hidup, mereka berusaha merekrut para gajah untuk menjadi mesin uang yang paling cerdas.

Hari ini aku masih menjadi gajah kecil. Gading kecilku patah sebelah kanan, hadiah masa kecil atas sebuah kesalahan, tak sanggup menyelamatkan kawan kancilku yang diterkam singa. Aku seperti terbawa arus. Aku ingin sekali kembali ke belantara, atau jadi gajah sirkus?

(Kurniawan Gunadi, dalam Hujan Matahari)


Nur Abdillah Siddiq
Mahasiswa Jurusan Teknik Fisika ITS, sedang menggeluti NanoTeknologi dan dunia pengembangan diri.Memiliki misi besar untuk menjadi insan yang memberikan kontribusi nyata pada agama Islam, Negara Indonesia, dan Orang Tua Tercinta (H. Fajar Rahman dan Hj. Sri Tumiasih).

0 Reactions:

Posting Komentar

Blog adalah suatu representasi dari individu penulisnya, baik pikiran, pengalaman, perasaan dan sebagainya (Manungkarjono, 2007). Blog juga merupakan suatu hasil karya cipta yang dilindungi UU 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta.

Yuk Taaruf









Nur Abdillah Siddiq
Mahasiswa Jurusan Fisika ITS, sedang menggeluti Fiber Optik dan dunia pengembangan diri. Berusaha mengabdi dan memberikan kontribusi nyata pada agama Islam, Negara Indonesia, dan Orang Tua Tercinta (H. Fajar Rahman dan Hj. Sri Tumiasih).

Blog ini adalah website pribadi Nur Abdillah Siddiq. Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Popular Posts

Yuk Baca !

Yuk Baca !